Gili Trawangan Hari telah senja ketika aku keluar dari laut, pemandangan bawah laut yang mengagumkan dengan terumbu karang yang indah dan ikan yang berwarna-warni mengusir penatku dari pekerjaan kantor yang membosankan. Sudah beberapa bulan ini aku pindah tugas ke Mataram, Mataram... Kota yang tidak pernah ada di benakku sebelumnya. Meskipun ibukota propinsi tapi Mataram cukup kecil dibandingkan kota-kota di Jawa, dan yang jelas di Mataram tidak ada yang namanya macet seperti di Jakarta atau Bandung. Selain itu banyak objek wisata yang menarik di sini, seperti hobbiku yang baru, snorkeling di Gili Trawangan.
Sejenak kurebahkan tubuhku di pasir putih yang bersih, aku biarkan butiran pasir halus menempel ditubuhku dan kupejamkan mata menikmatinya.
"ARY!!??!!", aku tertegun ketika tiba-tiba ada orang menyapaku.
Kubuka mataku dan kulihat sesosok kaki yang kokoh, paha yang berisi, tontolan di pangkal paha yang besar dibalut celana renang yang sangat mini, perut yang tercetak, dada bidang dan berisi dengan kulit bulenya yang terpangang, semua membuat jantungku berdekup kencang dan batang kemaluanku segera bereaksi, tapi tanganku tidak kalah cepat, segera mengambil baju di sebelahku untuk kututupkan pada pangkal pahaku, takut ketahuan.
Kuperhatikan wajahnya yang sedikit ditumbuhi jenggot, cambang dan kumis, hidung yang mancung, alis yang tertata bagus dan mata coklatnya yang mengoda dan rambut yang basah kebelakang menambah karismanya.
"ARY khan!?!?", kembali dia memanggil namaku, aku segera tersadar.
"FRANS!!?? how are you?!", selanjutnya kami segera terlibat percakapan seru.
Frans.., seorang pemuda asal Perancis, mungkin usianya sama dengan aku. Aku kenal dia waktu di pesawat dari Jakarta ke Mataram pertama kali, kebetulan waktu itu dia duduk di sebelahku dan kita sama-sama menginap di hotel yang sama, sebuah hotel di bilangan jalan Sriwijaya.
Singkat cerita, Frans kemudian menawarkan agar aku menginap di home stay-nya karena kebetulan dia tinggal sendiri dan kebetulan juga aku belum memesan tempat menginap. Karena hari mulai gelap, kita berjalan beriring menuju home stay Frans. Sepanjang jalan kita terlibat percakapan yang masih seru sambil mataku menyapu pemandangan sekitar yang mulai meremang, termasuk para turis yang berjalan kaki lalu lalang bertelanjang dada dan berpakaian seadanya memamerkan body mereka yang hhmm!
Sesampai di home stay Frans aku segera ke kamar mandi untuk membersihkan badanku yang mulai gatal, sementara Frans beristirahat di tempat tidur menunggu giliran mandi. Segera kubasuh badanku dengan air dan kugosok dengan sabun cair, tapi beberapa bagian tubuhku terasa perih (pasti karena tergores karang tadi). Dengan sedikit mendesis menahan perih aku gosok seluruh tubuhku, namun tiba-tiba...
"Ada yang bisa aku bantu??!!"
Aku terkejut karena tiba-tiba Frans telah berada di belakangku. Rupanya aku mandi tanpa menutup pintu kamar mandi, dan sudah kebiasaanku sejak lama (pembaca pasti sudah tahu) sehingga Frans bisa masuk kamar mandi.
"Nggak... Aku dengar kamu tadi mendesis... Ada yang sakit...??", lanjut Frans.
"Iya nih badanku sedikit perih-perih... Kena karang kayaknya tadi!!", jawabku singkat.
Dengan sabun cair Frans segera mengosok punggungku, belakang leherku lalu turun ke pantat dan pangkal kakiku. Karena sentuhannya itu batang kemaluanku langsung berdiri, aku berusaha menutupinya dengan berusaha membelakanginya. Namun sentuhan Frans yang semakin lembut membuat desahanku semakin mengebu, yang tadinya karena perih sekarang bercampur dengan desahan kenikmatan.
Mendengar desahanku yang makin bernafsu, Frans makin berani, dia mulai mengosok bagian depan tubuhku. Dipeluknya tubuhku dari belakang dengan tangannya mulai memainkan kedua putingku dan perutku! Segera kubalikkan badanku, dan kudapati Frans telah telanjang bulat dengan batang kemaluan yang berdiri tegak, warna kemaluannya yang kemerahan membuatku semakin bernafsu!
Kucium bibir Frans, Frans membalas dengan bernafsu, dia mulai mengulum bibirku dan memainkan lidahnya, kami saling berpelukan dan berciuman di bawah guyuran air. Frans merekuh diriku dan melumat bibirku, bibirnya terasa hangat dan nikmat, lidahnya menari-nari di rongga mulutku.
Sambil berciuman kutelusuri seluruh lekuk tubuhnya yang atletis dari dada, punggung, perut, pinggang, pantat dan pahanya. Demikian juga dengan Frans, dia membelai seluruh lekuk tubuhku, kadang dengan belaian lembut, kadang dengan pijatan tangannya.
Kemudian bibir Frans mulai turun beralih ke kedua putingku, dijilati dan digigit-gigit kecil putingku.
"Oohh..." aku menggeliat kenikmatan.
Aku menjerit pelan ketika Frans mulai mencium perutku dengann sesekali mengigit pelan, dijilatinya bulu kemaluanku yang tipis karena habis aku potong. Selanjutnya Frans sudah berjongkok di depan senjataku yang sudah tegak sejak tadi, kemudian Frans mulai menjilati kepala kemaluanku, dijilatinya lubang kemaluanku.
"Oohh... Eehh... Sshh... !!".
Segera dihisap dan dikulum senjataku yang lumayan besar dengan sesekali dikocoknya. Frans menikmati senjataku dengan penuh nafsu. Aku mengerang, menggeliat menikmati hisapannya. Frans menjilati batang kemaluanku, dari kepalanya yang besar dia bergerak mengelilingi batang kemaluanku turun-naik beberapa saat, kemudian dia beralih ke daerah lipatan paha dan buah zakarku. Buah pelirku disedot, dilumat dan dimainkan dengan lidahnya.
"Aagghh..." aku semakin menggelinjang dan meregang sambil kuremas rambutnya. Dijilati seluruh batang kemaluanku, dihisap dengan keras dan dipaksakan masuk ke mulutnya dengan menelannya.
"Mmhh.. Sshh.. Aacchh.. Mmhh.." aku mendesis dan melenguh kenikmatan.
"Oogghh... Oocchh... Sstt..." kuangkat sedikit pantatku dan kakiku meregang karena nikmatnya.
Frans terus menghisap dengan lembut, memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluanku dari mulutnya, semakin lama semakin cepat. Kemudian Frans menuntunku untuk membuat posisi 69 di lantai kamar mandi, kini batang kemaluannya yang kemerahan berada di depanku, dengan bernafsu kujilati paha, daerah lipatan antar paha dan terus ke buah zakarnya, kurasakan bau khas laki-laki yang semakin merangsang birahiku. Kupegang dan kujilati kemaluan Frans, mulai dari kepalanya yang besar, kumainkan lidahku di lubang kemaluannya, Frans meregang, otot pantatnya mengeras.
Kulanjutkan jilatanku terus ke bawah menyusuri batangnya sampai kantung buah zakarnya. Batang kemaluannya semakin membesar dan tegang, segera kuhisap dalam-dalam dan kurasakan denyutan uratnya keras tapi lembut, mulai kukocok keluar-masuk dari mulutku. Frans mengimbangiku dengan menggoyang naik turun pantatnya. Sementara itu Frans juga sedang sibuk menghisap batang kemaluanku."Oocchh..." aku merasakan sensasi perasaan yang sulit kutuliskan, tubuhku meriang. Semua berlangsung dengan irama yang semakin cepat disertai erangan-erangan kenikmatan.
"Oohh... Aku mau keluar..." teriakku.
"Aku juga..." balas Frans.
Aku semakin mempercepat gerakanku, demikian juga Frans dan..
"Oocchh...", Croot... Croot... Croot... kami hampir bersamaan melenguh panjang disertai semburan sperma kami yang putih dan kental, sekujur tubuhku merinding, bergetar dan tegang sebelum akhirnya melemas perlahan. Aku melihat sperma Frans muncrat ke perut dan dadanya yang bidang.
"I love you..." bisik Frans sambil mengecup bibirku.
Kamipun akhirnya mandi berdua dengan saling mengosok dengan sabun.
Selesai mandi akupun segera keluar kamar mandi dan mengosok tubuhku dengan handuk, namun belum juga kering tubuhku... Frans mendekap tubuh ku dari belakang. Di kecupnya leherku dan belakang telingaku, dimainkann lidahnya di telingaku, semantara tangannya mulai memainkan puting dan perutku.
Sejurus kemudian kami sudah saling berciuman sambil bergulingan di kasur kamar! Semuanya kembali membuat kita kembali bernafsu!
"Oogghh... Fuck me.. Fuck me.. Please..." pinta Frans.
Frans kemudian menggeser tubuhnya ke pinggir ranjang dan mengangkat kedua kakinya. Aku segera turun dan berdiri di pinggir ranjang, perlahan-lahan kubimbing batang kemaluanku ke lubang anus Frans dan langsung kusodok.
"Aacchh... Sstt," Frans mendesah.
Aku berhenti sejenak, setelah kurasakan otot anus Frans kendor kembali, aku segera mendorong batang kemaluanku dan akhirnya batang kemaluan besarku itu menerobos ke lubang anus Frans. Aku mulai menarik dan mendorong perlahan dan semakin cepat, Frans mengimbangiku dengan menggoyang pantatnya, dengan tangannya terus mengocok batang kemaluannya sendiri.
Dengan batang kemaluanku yang masih di anusnya, kami bergerak ke atas tempat tidur. Frans dengan posisi terlentang di tempat tidur, dinaikkan kakinya di pundakku, aku masih terus menarik dan mendorong dengan cepat, sambil terus aku mencumbunya dengan ciuman dan jilatanku di bibir atau di putingnya.
Kami berdua mengerang kenikmatan dengan nafas yang makin memburu. Beberapa saat kemudian kami berganti posisi. Aku tidur terlentang dan Frans jongkok di atas batang kemaluanku.
"Aagghh... Oocchh..." kami melenguh bersamaan, kurasakan lubang anusnya hangat, menjepit dan meremas batang kemaluanku, sementara Frans meringis kenikmatan. Dengan berirama Frans bergerak naik turun sambil menggoyang dan memutar pantatnya.
"Aagghh... Sstt... Aacchh..." aku mengerang dan mendesis kenikmatan. Tanganku yang tadi memegang pinggang Frans sekarang membantunya mengocok batang kemaluannya yang besar.
Selanjutnya aku menyodok Frans dari belakang, dengan posisi tidur miring Frans mengangkat kaki kanannya sedikit dan aku menyodoknya dari belakang, sambil aku ciumi leher bagian belakangnya dan ku kocok batang kemaluanya dari belakang. Beberapa lama kami saling mendesah dan mengerang dengan irama yang makin berpacu.
"Oohh... Aku mau keluar..." teriakku.
"Aku juga..." balas Frans.
Aku semakin mempercepat gerakanku dan Frans juga mengocok batang kemaluannya semakin cepat dan "Oocchh... Croot... Croot... Croot..." kami hampir bersamaan melenguh panjang disertai semburan sperma kami yang putih dan kental, sekujur tubuhku merinding, bergetar dan tegang. Kami berpelukan erat-erat, tubuh kami menegang sebelum akhirnya melemas perlahan. Aku melihat spermaku meleleh keluar dari anusnya dan sperma Frans muncrat ke tempat tidur.
"I love you..." bisik Frans.
"I love you too..." balasku sambil kukecup lehernya.
Kami pun tidur berpelukan beberapa saat, sementara batang kemaluanku masih di dalam lubang anusnya.
Recana liburanku yang semula hanya untuk week end, akhirnya aku perpanjang seminggu dengan minta cuti dari kantor. Dan kami menghabiskan hari-hari yang indah di Gili Trawangan.
Frans kini telah kembali ke negaranya, tinggallah aku di sini dengan kenangan indah dan menunggu kedatangannya pada musim panas berikutnya.